Mewujudkan Budaya Positif di Kelas XII IS 2 SMA Negeri 1 Namorambe
Awal tahun pembelajaran semester ini telah dimulai. Sesuai dengan yang telah dipelajari pada modul Pendidikan Guru Penggerak yaitu Budaya Positif, maka pada semester ini saya akan membuat aksi nyata bagaimana menerapkan Budaya Positif dalam lingkungan sekolah saya, terutama di kelas saya yaitu kelas XII IPS 2. Saya telah menjadi wali kelas siswa saya ini semenjak mereka duduk di kelas X SMA. Dua tahun lebih bersama mereka membuat kami sudah seperti keluarga sendiri. Kadang saya sebagai teman mereka, orang tua mereka dan tentunya sebagaiguru mereka. Mereka berjumlah 32 siswa dengan berbagai karakter yang unik yang membuat saya semakin diperkaya menjadi seorang guru.
1. Latar Belakang
Setiap sekolah memiliki berbagai bentuk pelanggaran terhadap tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa, baik
yang terjadi pada sekolah di kota-kota besar maupun di kota-kota kecil, bahkan di wilayah pedesaan sekalipun.
Pelanggaran yang dimaksud ada yang bersifat pelanggaran ringan dan ada yang bersifat pelanggaran berat, seperti
membuang sampah di sembarang tempat, terlambat masuk kelas, tidak menggunkanan seragam sesuai aturan,
membolos, merokok, perkelahian antar pelajar, penggunaan narkoba dan lain sebagainya. Hal ini berarti bahwa guru
dituntut untuk mampu menerapkan konsep pendidikan dan bimbingan kepada siswanya secara menyeluruh
sampai pada pelaksanaan penerapannya di masyarakat. Seharusnya sikap disiplin muncul dari adanya rasa
kepemilikan yang tinggi terhadap suatu nilai. Bila seorang siswa mempunyai rasa kepemilikan yang tinggi terhadap
nilai pentingnya hidup tertib baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat, maka pada dirinya akan tumbuh
sikap disiplin dalam menerapkan aturan-aturan yang berlaku di sekolah tersebut.
Guru adalah ujung tombak dari peningkatan mutu pendidikan dan sangat berperan dalam menanamkan sikap
disiplin terhadap tata tertib sekolah pada diri siswa, baik melalui keteladanan guru dalam bersikap disiplin maupun
melalui ajaran dan nasehat-nasehatnya. Dan secara kelembagaan, lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat
besar untuk menanamkan sikap disiplin pada siswanya sehingga diharapkan seluruh norma kehidupan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat berjalan dengan tertib dan lancar yang pada gilirannya akan
terwujud kehidupan masyarakat yang aman, tentram dan damai. Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa guru
memiliki peran sangat besar dalam menanamkan sikap disiplin kepada siswanya dalam mentaati peraturan tata
tertib sekolah.
2. Tujuan
1.Murid memahami pentingnya disiplin diri dalam M ur id memahami pent ingny a di s ipl in di r i
da l am be l a j a r untuk menc apa i s ebuah
k e suk s e s an
2 . M ur id mengha rga i s e t i ap k e s empa t an y ang
dimi l i k iny a untuk be l a j a r
3 . T e r c ipt any a mur id y ang di s ipl in
3. Tolak Ukur
M ur id da t ang t epa t w a k tu k e s e k o l ah
2 . M ur id t ida k membo l o s pada j am pe l a j a r an
t e r t entu
4. Tindakan yang dilakukan
1. Mempertegas kembali keyakinan kelas yang sudah
dibuat bersama murid
2. Melakukan kontrol kelas setiap jam pelajaran
pertama
3. Pengurus kelas diberi tugas untuk melakukan
pencatatan kondisi kelas setiap hari
4. Pengurus kelas memberi laporan tertulis setiap
minggu
5. Melakukan kolaborasi dengan Guru BK dan guru
mata pelajaran lainnya.
6. Melakukan restitusi atas pelanggaran disiplin
sekolah terutama murid yang bolos dan terlambat
masuk kelas
7. Evaluasi hasil restitusi.
5. Kolaborasi
1. Pengurus kelas sebagai partner guru dalam
mengawasi kelas
2. Wali kelas dan rekan guru sebagai partner kerja
dalam mendidik murid
3. Guru BK sebagai konselor
4. Satpam sebagai pendukung penegakan disiplin
waktu disekolah
5. Orangtua siswa sebagai partner sekolah dalam
mendidik murid
6. Kepala sekolah sebagai managerial sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar